10 Mitos dan Hoax Tentang Kucing yang Dipercayai Orang
Gerava.com. Mitos Tentang Kucing. Kucing menimbulkan banyak kekaguman dan rasa ingin tahu banyak orang karena kemampuan dan perilaku naluriah mereka. Karena itu, mereka telah menjadi ‘protagonis’ dalam berbagai mitos. Mitos-mitos itu seperti mereka memiliki sembilan nyawa, selalu bisa mendarat dengan kaki mereka, tidak dapat hidup dengan anjing, atau jika mereka berbulu hitam mereka akan membawa nasib buruk. Ini hanyalah beberapa contoh klaim palsu yang dibuat orang terhadap kucing.
Segala hoaks dan mitos ini harus diluruskan dan kita harus mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang kucing. Karena itulah, kami mengajak Anda untuk mencari tahu tentang 10 mitos palsu tentang kucing yang Anda harus berhenti percayai.
1. Kucing punya sembilan nyawa
Kucing yang memiliki sembilan nyawa adalah mitos yang paling tersebar luas dan lazim di seluruh dunia. Mungkin legenda ini berasal dari kelincahan dan kemampuan kucing untuk menyelamatkan diri dari maut atau menghindari kecelakaan fatal. Tetapi benarkah demikian?
Faktanya kucing hanya memiliki satu nyawa sama seperti kita dan semua hewan lainnya. Selain itu, mereka adalah makhluk lembut yang memerlukan perawatan khusus ketika berhubungan soal makanan dan kebersihan. Ini sangat penting agar kucing kita bisa berkembang secara optimal. Kucing yang dibesarkan dalam lingkungan negatif dapat dengan mudah mengembangkan gejala yang terkait dengan stres dan kecemasan.
2. Susu baik untuk kucing
Meskipun laktosa mendapatkan “reputasi buruk” tertentu dalam beberapa tahun terakhir, gambar yang menunjukkan kucing minum susu dari cawan masih tersebar di mana-mana. Karena alasan inilah banyak orang masih mempertanyakan apakah kucing dapat minum susu sapi atau tidak.
Semua mamalia terlahir siap minum ASI. ASI sebenarnya adalah makanan yang paling optimal untuk bayi, anak kucing, atau anak anjing. Namun seiring berkembangnya kucing, mereka mulai memperoleh kebutuhan nutrisi yang berbeda dan baru, menghasilkan kebiasaan makan yang berbeda pula.
Selama periode laktasi (ketika mereka disusui oleh ibunya), mamalia menghasilkan sejumlah besar enzim yang disebut laktase yang fungsinya adalah untuk mencerna hanya laktosa dalam ASI. Tetapi ketika seekor kucing mencapai masa sapih, produksi enzim ini semakin menurun dan kucing siap untuk beralih makanan (berhenti mengonsumsi ASI dan mulai makan sendiri).
Meskipun beberapa hewan dapat terus memproduksi sejumlah enzim laktase, sebagian besar kucing jantan dewasa alergi terhadap laktosa. Bagi hewan-hewan ini, konsumsi susu dapat menyebabkan masalah pencernaan yang parah.
Karena itulah kepercayaan bahwa semua kucing suka minum susu adalah mitos belaka. Kami sarankan Anda memilih pakan komersial yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi kucing. Anda juga dapat memperbaiki pola makan mereka dengan resep buatan sendiri untuk memberikan diet alami.
Baca Juga: 10 Ras Kucing Langka yang Menggoda untuk Dipelihara
3. Kucing hitam membawa nasib buruk
Kucing hitam yang membawa nasib buruk adalah pernyataan palsu yang berasal dari Abad Pertengahan ketika kucing hitam dikaitkan dengan praktik sihir. Selain merugikan, mitos ini memiliki efek yang sangat negatif pada adopsi kucing hitam. Studi menunjukkan bahwa kucing hitam kurang diadopsi dibanding kucing warna lain karena kepercayaan mistis ini.
Ada beberapa argumen yang mengklaim bahwa pernyataan ini hanyalah mitos tak berdasar. Pada prinsipnya, keberuntungan tidak ada hubungannya dengan warna atau binatang peliharaan. Selain itu, warna kucing ditentukan oleh warisan genetiknya, yang juga tidak terkait dengan nasib baik atau nasib buruk.
Cara terbaik untuk membuktikan kepalsuan mitos ini adalah dengan mengadopsi kucing hitam. Mereka yang memiliki kesempatan untuk hidup dengan kucing hitam pasti tahu betul bahwa karakter unik kucing hitam telah menghadirkan banyak kegembiraan ke rumah dan bukan nasib buruk.
Baca Juga: Inilah 5 Fakta Positif Tentang Kucing Hitam yang Perlu Anda Tahu
4. Kucing selalu mendarat dengan kaki saat jatuh
Meskipun kucing sering kali jatuh dan sukses mendarat dengan kakinya, ini tidak selalu terjadi. Kucing memiliki kerangka yang sangat fleksibel, yang memberikan mobilitas luar biasa untuk menahan jatuh. Tetapi posisi yang dicapai kucing ketika menyentuh tanah tergantung pada ketinggian tempatnya jatuh.
Jika seekor kucing tidak punya waktu untuk membalikkan tubuhnya sendiri sebelum meghantam tanah, mereka bisa terluka parah. Setiap jatuh bisa menimbulkan risiko bagi nyawa kucing dan meski bisa mendarat dengan kakinya, tidak ada jaminan bahwa kucing tidak terluka.
Selain itu, kucing baru mengembangkan refleks orientasi instingtif yang disebut “straightening” (berbalik dengan cepat pada porosnya sendiri untuk jatuh) pada minggu ke-3 kehidupannya. Oleh karena itu, jatuh sangat berbahaya bagi anak kucing dan harus dihindari di sepanjang kehidupan kucing.
Baca Juga: Seberapa Tinggi Kucing Bisa Melompat dan Bagaimana Mereka Melakukannya?
5. Wanita hamil seharusnya tidak memelihara kucing
Mitos sesat ini telah menyebabkan banyak kucing ditinggalkan ketika pemiliknya hamil. Klaim ini berasal dari risiko penularan patologi yang disebut toksoplasmosis. Dalam istilah yang sangat singkat, ini adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (Toxoplasma gondii) yang bentuk kontaminasi utamanya terjadi dari kontak langsung dengan kotoran kucing yang terinfeksi.
Namun, toksoplasmosis pada kenyataannya jarang terjadi pada kucing domestik yang mengonsumsi pakan komersial dan memiliki obat pencegahan yang memadai. Jadi, jika kucing bukan pembawa parasit patogen, tidak ada risiko penularan ke wanita hamil. Selain itu, jika wanita tersebut sudah memiliki imunisasi relatif terhadap parasit toksoplasmosis, dia tidak mungkin terinfeksi.
6. Kucing dapat mendidik diri mereka sendiri
Meski kucing secara alami mengembangkan banyak keterampilan naluriah dan karakteristik perilaku, bukan berarti mereka dapat mendidik diri mereka sendiri. Sebenarnya, melatih kucing sangat sulit, tetapi sangat dianjurkan. Pendidikan yang tepat akan membantu anak kucing Anda beradaptasi dengan kehidupan rumah dan mencegahnya melarikan diri atau mengembangkan perilaku agresif.
7. Kucing tidak peduli dengan pemiliknya
Kucing memiliki karakter mandiri dan biasanya mempertahankan kebiasaan menyendiri mereka. Namun, ini tidak berarti bahwa kucing tidak peduli pada pemiliknya atau tidak merasa sayang padanya. Karakteristik tertentu hanya melekat pada sifat kucing. Namun, domestikasi telah mengubah (dan terus mengubah) banyak aspek perilaku kucing: memasukkan naluri kerjasama dan koeksistensi yang baik.
Selain itu, tidaklah fair untuk membandingkan karakter kucing dengan karakter anjing karena mereka adalah binatang yang berbeda dengan bentuk kehidupan dan ethogram yang berbeda. Anjing belajar hidup dalam kawanan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies mereka. Ini memungkinkan mereka untuk mengenali dan menghormati peran “alpha,” atau dikenal sebagai pemimpin.
Kucing, beserta kerabat kucing mereka di alam liar, siap untuk berburu dan bertahan hidup sendiri dan sering menghindari individu dan konteks yang tidak dikenalinya untuk melindungi diri mereka sendiri. Karena perbedaan inilah perhatian kucing secara alami akan ditampilkan secara berbeda.
8. Kucing dan anjing tidak bisa berteman baik
Seperti yang disebutkan di atas mitos tentang kucing, kehidupan di rumah dan sosialisasi awal yang tepat dapat membentuk aspek-aspek tertentu dari perilaku kucing dan anjing. Jika seekor kucing diperkenalkan dengan benar kepada seekor anjing (dan sebaliknya) sejak masih kecil, tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bisa bergaul.
Beberapa jenis kucing terkenal ramah dengan anjing; sebaliknya ras anjing tertentu dikenal bisa berteman baik dengan hewan lain seperti kucing.
Baca Juga: 10 Jenis Anjing yang Cocok dan Akur dengan Kucing
9. Kucing hanya bisa melihat hitam dan putih
Mata manusia memiliki tiga jenis sel reseptor warna: sel kerucut biru, sel kerucut merah, dan sel kerucut hijau. Ini menjelaskan mengapa kita dapat membedakan sejumlah besar warna dan rona.
Kucing dan anjing tidak memiliki sel kerucut merah sehingga mereka tidak dapat melihat warna merah muda dan merah. Mereka juga mengalami kesulitan mengenali intensitas dan saturasi warna. Tetapi salah bila kita bilang kucing hanya dapat melihat hitam dan putih karena mereka juga dapat membedakan warna biru, hijau, dan kuning.
10. Kucing membutuhkan perawatan yang lebih sedikit daripada anjing
Pernyataan ini, pada kenyataannya, sangat berbahaya. Masih umum untuk mendengar bahwa kucing tidak memerlukan obat perawatan yang memadai karena ketahanan tubuh mereka yang tinggi. Meskipun mereka benar-benar hewan yang kuat dan mandiri, mereka juga bisa sangat lembut.
Seperti halnya hewan peliharaan lainnya, mereka memerlukan perawatan yang baik seputar makanan, kebersihan, vaksinasi, aktivitas fisik, stimulasi mental, dan sosialisasi. Jadi, salah bila kita menganggap kucing butuh lebih sedikit perawatan daripada anjing: dedikasi berasal dari masing-masing pemilik dan bukan dari jenis hewan.